BEHAVIORISTIK DAN TEKNOLOGI

PENDAHULUAN

A. latar belakang

baru – baru ini pemerintah akan menaikkan gaji guru hampir 2 X lipat dari gaji pokok. Namun dengan penaikan gaji tersebut pemerintah menuntut para guru dari berbagai golongan. Untuk mencapai hal tersebut pemerintah mewajibkan untuk mensertifikasi para guru-guru untuk menjadih lebih profesional
guru profesional tentunya harus bisa menguasai materi dan lancar dalam penyamaian materi tersebut kepada para peserta didik. Ada beberapa yaitu kostruktional dan behavioristik yang masing – masing memiiki kelebihan dan kekurangan tersebut. Dalam behavoristik terdapat model –model pembelajaran yang dapat digunakan oleh para guru untuk menjadi guru yang profesional.
Permasalahan permasalahan tersebut yang dijelaskan diatas menjadi latar belakang pemilihan judul makalah kami ” behaviorisme dan techologi pembelajaran ”. Dengan adanya makalah ini diharapkan para guru dapat menerapkan model –model pembelajaran yang ad dalam behaviorisme meskipun sekarang kurikulumnya KTSP

B. Rumusan masalah

a) Apa Pengetian dari behaviorisme ?
b) Apakah Dasar dari terori behaviorme terbentuk ?
c) Apakah perbedaan antara behaviorme dan konstruktivisme ?
d) Model – model pembelajaran apa yang ada dalam behariosme ?

C. Tujuan

a. Pengetian dari behaviorisme
b. Dapat mengetahhui Dasar dari terori behaviorme terbentuk
c. Dapat mengetahui perbedaan antara behaviorme dan konstruktivisme
d. Dapat mengetahui dan menerapkan Model – model pembelajaran yang ada dalam behariosme

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dari Behaviorsme

Aliran behaviorisme menekankan pada perubahan perilaku yang tampak sebagai indikator terjadinya proses belajar. Menurut behaviorisme , tujuan utama pskologi adalah membuat prediksi dan mengendalikan periaku dansedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Kajian dari teori in adalah benda – benda atau hal-hal ang dapat diamati secara langsung yaitu : rangsangan (stimullus) dan gerak balas (respon ). Misalnya : untuk mengubahsusasana kelas yang biasanya pasif ketika diberi pertanyaan , maka seseorang pendidik atau guru harus mengubah atau meodifikasi stimuusnya : misalnya dengan mamberikan hadah pada siswa yang bisa menjawab. Pemberian diharakan dapat memunculkan respon yang diharapkan: yaitu meningkatkan keaktifan siswa dikelas.
Teori Behavioristik:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu

B. Dasar – Dasar Dari Teori Behaviorsme
1. Asumsi Dasar
Tiga asumsi utama yang secara langsung relevan untuk pelajaran teknologi (Burton, Moore, Magliaro, 1996):
1. Peran pelajar ( The Role Of Learner ) : pengetahuan adalah tindakan. Penekanan untuk merespon aktif dari pelajar. Para pelajar harus terlibat dalam perilaku untuk belajar dan belajar untuk memvalidasi bahwa telah terjadi.
2. Sifat belajar (The Nature of Learning ): Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku karena sebuah fungsi bangunan asosiasi antara kesempatan pada perilaku yang terjadi (peristiwa stimulus) dan perilaku itu sendiri (respons acara).
3. Pada prinsip-prinsip umum belajar (The Generality of Learning Principles ): dasar yang mendukung proses belajar atau menghalangi adalah universal untuk semua organisme.
2. Konsep Dan Prinsip Dasar
a. Respondent Learning
respondent learning merupakan metodologi dari behaviorisme yang juga ddisebut clasical conditioning yang dicetuskan oleh platov. Dalam penelitiannya patov meggunakan anjing sebagai samplenya : langkah – langkahnya
• Sepotong daging diberikan kepada seekor anjing (UCS), anjing seketika meneteskan air liur (UCR)
• Bel dibunyikan (CS), tidak ada reaksi apapun yang ditunjukkan oleh anjing percobaan
• Sepotong daging (UCS) diikuti bunyi bel (CS) : anjing meneteskan air liur (UCR) Langkah 2 diatas dilakukan berulang-ulang, sampai suatu saat ketika :
• Bel berbunyi (CS) : anjing meneteskan air liur (CR).
Situasi yang kurang lebih sama bisa terjadi di sekolah, ketika siswa, melalui proses yang tidak mereka sadari, belajar menyukai atau membenci pelajaran tertentu karena adanya CR (Conditioned Response) yang bisa berasal dari perilaku guru, situasi kelas yang tidak bersahabat (atau sebaliknya) atau hal-hal lain yang menyebabkan siswa menghubungkan satu kejadian dengan kejadian lain (associative learning) yang pada akhirnya membuat mereka memiliki sikap tertentu terhadap aktifitas belajar.
John B. Watson lebih dikenal sebagai pendiri Gerakan Behaviorisme dalam bidang Psikologi di AS. Bukan saja Watson yang menciptakan istilah Behaviorisme, tetapi ia juga mengembangkan konsep dasarnya. Watson sangat terpengaruh oleh teori Pavlov, dan menerima model Pavlov, Classical Conditioning, sebagai penjelasan proses belajar. Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan sejumlah refleks yang terbatas, -sedangkan belajar adalah hasil pengkondisian reflek-reflek tersebut. Oleh karena itu, menurut Watson, perbedaan kemampuan yang ada diantara manusia semata-mata disebabkan karena pengalaman (baca pengkondisian) yang berbeda, karena pada awalnya manusia semua sama. Teori environmentalism yang berkaitan dengan masalah IQ nampaknya berkembang dari proposisi Watson tersebut.



b. Operant Conditioning
Skinner mengembangkan teori Classical Conditioning Pavlov karena menurut Skinner, teori Pavlov hanya bisa menjelaskan proses belajar melalui interaksi stimulus dan respon yang sederhana saja. Untuk perilaku manusia yang kompleks, menurut Skinner, tentu diperlukan interaksi stimulus dan respon yang kompleks pula. Dalam teorinya, Skinner mengatakan bahwa komponen belajar terdiri dari stimulus, penguatan (reinforcement) dan respon.
Positive reinforcement (Penguat Positif): memperkuat perilaku yang diharapkan dengan jalan menghadirkan penguat positif setelah perilaku tertentu terjadi. Misalnya, jika seorang siswa berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan benar, maka pujian yang diberikan guru sesaat setelah jawaban yang benar diberikan akan menyebabkan siswa berupaya memberi jawaban yang benar di kemudian hari.
Negative reinforcement (Penguat Negatif): dikatakan penguat negatif, karena dengan menghilangkan (atau tidak menghadirkan) suatu perlakuan tertentu, maka respon siswa jadi lebih baik. Misalnya, guru yang selalu melaksanakan tes atau quiz mendadak di kelas. Jika pada suatu ketika kebiasaan ini dihilangkan dan kemampuan yang ditunjukkan siswa sama bagusnya dengan ketika praktek tes mendadak biasa dilaksanakan, maka dalam hal ini tes mendadak tsb. dinamakan penguat negative.
c. Observational Learning
Fungsi Observational Learning Sebagian besar perilaku manusia dan keterampilan kognitifnya dipelajari melalui pengamatan terhadap model. Fungsi observational learning adalah sebagai berikut :
1) Modelling dapat mengajari observer keterampilan dan aturan-aturan berperilaku.
2) Modelling dapat menghambat ataupun memperlancar perilaku yang sudah dimiliki orang.
3)Perilaku model dapat berfungsi sebagai stimulus dan isyarat bagi orang untuk melaksanakan perilaku yang sudah dimilikinya.
4) Modeling dapat merangsang timbulnya emosi. Orang dapat berpersepsi dan berperilaku secara berbeda dalam keadaan emosi tinggi.
5) Symbolic modelling dapat membentuk citra orang tentang realitas sosial karena menggambarkan hubungan manusia dengan aktivitas yang dilakukannya.
Proses Observational Learning menurut brandura. ( 1977 ) :Belajar mencakup pemrosesan informasi. Kekuatan modelling terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi proses tersebut. Observational learning memerlukan empat macam proses utama:
a) Proses memperhatikan (attentional processes). Jika orang belajar melalui modelling, maka mereka harus memperhatikan dan mempersepsi perilaku model secara tepat. Tingkat keberhasilan belajar itu ditentukan oleh karakteristik model maupun karakteristik pengamat itu sendiri. Karakteristik model yang merupakan variabel penentu tingkat perhatian itu mencakup frekuensi kehadirannya, kejelasannya, daya tarik personalnya, dan nilai fungsional perilaku model itu. Karakteristik pengamat yang penting untuk proses perhatian adalah kapasitas sensorisnya, tingkat ketertarikannya, kebiasaan persepsinya, dan reinforcement masa lalunya.
b) Proses retensi (retention processes). Agar efektif, modelling harus disimpan dalam ingatan. Retensi ini dapat dilakukan dengan cara menyimpan informasi secara imaginal atau mengkodekan peristiwa model ke dalam simbol simbol verbal yang mudah dipergunakan. Materi yang bermakna bagi pengamat dan menambah pengalaman sebelumnya akan lebih mudah diingat. Cara lain untuk mengingat adalah dengan membayangkan perilaku modelatau dengan mempraktekkannya.Keterampilan dan struktur kognitif pengamat dapat memperkuat retensi. Motivasi untuk belajar juga berperan dalam retensi, meskipun insentif
lebih bersifat fasilitatif daripada keharusan.
c) Proses produksi. Pada tahap tertentu, gambaran simbolik tentang perilaku model mungkin perlu diterjemahkan ke dalam tindakan yang efektif. Pengamat memerlukan gambaran kognitif yang akurat tentang perilaku model untuk dibandingkan dengan umpan balik sensoris dari perbuatannya. Modelling korektif merupakan cara yang efektif untuk memberikan umpan balik bila pengamat melakukan kinerja yang tidak tepat.Variabel pengamat yang mempengaruhi reproduksi perilaku mencakup kapasitas fisiknya, apakah perbendaharaan responnya sudah mencakup komponen komponen respon yang diperlukan, dan kemampuannya untuk melakukan penyesuaian korektif bila mencobakan perilaku baru.
d) Proses motivasi dan penguat. Apakah orang mempraktekkan apa yang sudah dipelajarinya atau tidak, tergantung pada motivasinya. Pengamat akan cenderung mengadopsi perilaku model jika perilaku tersebut:
(a) menghasilkan imbalan eksternal;
(b) secara internal pengamat memberikan penilaian yang positif; dan
(c) pengamat melihat bahwa perilaku tersebut bermanfaat bagi model itu sendiri.
Antisipasi terhadap akibat yang positif dan negatif menentukan aspek aspek yang mana dari perilaku model itu yang diamati atau diabaikan oleh pengamat.


C, Perbedaan antara pembelajaran konstruktinistik dan behavioristik

kostruktivistik behavioristik
pengetahuan adalah non objek, bersifat konteporer, selalu berubah – ubah dan tidak menentu Pengtahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstuktur dengan rapi
Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktvitas kolaboratif, dan refleksi.
Mengajar adalah menata ingkngan agar si belajar akan termotivasi dlam menggalai makna serta tmenghargai ketidak menentuan Belajar adalah memperoleh pengetahuan
Megajar adalah memindahkan pengtahuan kepada oarang yang belajar
Sibelajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada engalaman, dan prespektif ang dipakai dalam menginterprestasi Sibelajar akan memiliki pemahaman yang sma terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar itulah yang harus dipahami oleh si belajar
Pembelajaran menekanakan pada proses Pembelajaran menekankan pada hasil (outcome)


D. Penemuan awal dari teknologi dalam pembelajaran
1. Teaching Mechine ( Mesin Pengajar )
Self-scoring device : dikembangkan oleh peterson yang dalam eksperimen ada perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar antara siswa yang diberi Self-scoring device dalam penugasan tersebut
Skiner’ mechine timbul karena anggapan dari skiner yang mana respon dari peserta didik haruslah diberi penguat. Namun jika kelasnya terlalu besar maka guru akan sedikit kesulitan dalam memberi penguat dalam suatu respon.dan jika itu terjadi maka guru biasanya memberi penguat negatif ( hukuman ). Untuk itu skiner membuat skiner’ machine meskipun hampir sama dengan Pressey’s, skinner membuat siswa untuk mengetahui respon apakah salah atau benar dengan sendirinya tanpa multiple choise. Hal ini membuat siswa sulit unuk menjawab namun langkah tersebut dapat megetahui respon-respon yang salah dengan lebih teliti.
2. Films
Research on Stimuli
pada penelitian oleh Weiss dan Fine (1955),Wittich dan Folkes (1946) menghasilkan bahwa dengan menampilkan bahan-bahan pelajaran yang akan diajarkan sebelum pengajaran akan meningkatkan hasil belajar siswa ( pemahaman ) namun dalam peneliatian oleh Gibson (1947),Kimble dan Wulff (1953),Lumsdaine dan Sulzer (1951), McGuire (1953a), Roshal (1949),dan Ryan dan Hochberg (1954) mengumumkan ada hasil yang berbeda dengan penelitian weiss bahwa dengan films maka siswa tidak dapat menyimpulkan tanda-tanda materi untuk membuat respon yang benar
Research on Response
Dengan audiovisual dimungkinkan siswa untuk semua system motoriknya bekerja . dari hasil penelitian dari Kanner & Sulzer, 1955; Kendler, Cook, &Kendler,1953;Kendler,Kendler,&Cook, 1954; McGuire, 1954). Bahwa dengan guru mempresentasikan menggunakan televise (audiovisual ) sangat efektiff. Siswa langgung merespone jika diberi pertanyaan

3. Progam pengajaran ( proggamed instruction )
Pada tahun 1958 (skiner’s ) menggembangkan konsep teacing mechine menjadi progam pengajaran yang dinamakan Progam book. Dalam progam book mempresentasikan alur dari Sebuah buku ( bahan ajar ), mementingkan repon ( tanggapan ) dari peserta didik , dan mempresentasikan pengetahuan yang baru dan langsung diberi penguat positif. Progam pengajaran ini sangat popular pada th 60 an karena beberapa hal diantaranya : mudah dalam memproduksinya (memakai ) , bisa dibawa kemana-mana,tidak kompleks , biaya peralatan sangat murah.
1. Linier progaming
Linier program mencakup beberapa pertemuan dalam suatu tatanan yang urut. Progam ini diadopsi dari skinner yang mana peserta didik diberi pertanyaan uraian.
2. Instrisic (branching ) progaming
Instrisic merupakan pengembangan dari perssey yang mana menekankan pada subtansial , sub bab dari buku dan multiple choise





E. Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyartan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oelh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

F. Model Pembelajaran Saat ini dan Lahirnya Berbagai Model Tersebut

1. Personalized system of instruction ( pembelajaran individu )

Model pembelajaran Individu dicetuskan oleh fred keller dan Sherman pada tahun 1974. Model ini sebenarnya pengembangan dari pengajaran terprogram yang diciptakan oleh skinner (dalam Sulaiman, 1988), pada prinsipnya terdiri atas langkah-langkahyang tersusun menurut urutan yang membawa peserta didik dan apa yang telah diketahuinya sampai kepada apa yang harus diketahuinya, yaitu tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran individu fred keller ialah membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing, dengan cirinya adalah :
a) memungkinkan mahasiswa belajar sendiri;
b) memperhatikan perbedaan kecepatan belajar mahasiswa;
c) terdapat kejelasan tujuan yang harus dipahami;
d) memungkinkan mahasiswa berpartisipasi aktif;
e) secara optimal menerapkan belajar tuntas.

Prinsip-prinsip pada model Keller Plan (Sudjoko, 1985) meliputi:
a. Satu Course dibagi atas beberapa unit yang berurutan.
b. Tiap unit berisi tujuan, prosedur kerja dan dan beberapa persoalan.
c. Mahasiswa belajar sendiriatas petunjuk kerja dari unit satu ke unit berikutnya secara berurutan.
d. Mahasiswa bisa mengambil ujian untuk masing-masing unit kapan saja merasa telah siap.
e. Tiap kuliah dan demonstrasi hanya digunakan untuk sekedar memberi motivasi belajar dan bukan merupakan sumber informasi.
f. Tidak harus ada media seperti audio visual, tape dan slide.
g. Staf yang terlibat adalah instruktur (dosen) dan Proctor (undergraduate students) yaitu siswa yang dianggap mampu menguasai seluruh unit

2. Bloom’s learning for mastery ( Strategi Belajar Tuntas )

Benyamin S. Bloom (1968) di dalam kertas kerjanya “learning for mastery theory and practice” mengembangkan atau mengoperasionalkan “model of school learning” konsep John B Carroll (1963). Pengembangan itu berupa penyusunan suatu strategi belajar tuntas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Pada pokoknya satrategis itu ialah “jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup (sufficient) dan mereka diperlakukan secara tepat (appropriate treatment), maka mereka akan mampu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan dan sasaran (obyektives) yang diharapkan”.
Selanjutnya menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut :
• Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning).
• Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang baik bagi siswa.
• Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam.
• Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa dan belajar.
• Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.
• Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien.
• Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan “criteria referenced test” bukannya “norm referenced test”.
Ciri-ciri belajar/mengajar dengan prinsip Belajar Tuntas Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan prinsip belajar tuntas, yaitu :
• Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu
• Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya
• Menggunakan prinsip belajar siswa aktif
• Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
• Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan
• Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.
Variabel-variabel Belajar Tuntas
• Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran
• Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
• Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar
• Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan

3. Precision teaching (precision mengajar )

Precision mengajar adalah tepat dan sistematis metode penilaian pelajaran taktik dan kurikulum. Ini adalah salah satu dari beberapa analisis kuantitatif perilaku bentuk perilaku diterapkan analisis.pengajaran precision lahir dari penelitian skinner yang kemudian di implementasikan oleh Ogden Lindsley di tahun 1960-an kedalam bidang pendidikan. Pengajaran Precision merupakan jenis diprogram instruksi yang berfokus pada frekuensi sangat utama. Dengan memfokuskan diri untuk kelancaran, guru dapat menyesuaikan kurikulum untuk setiap pelajar untuk memaksimalkan belajar berdasarkan hasil pengukuran kecepatan belajar. Salah satu penekanan dari pengajaran precisioan adalah guru dan murid haruslah dapat menghitung dan menganalisis response-response yang benar dan yang salah. Pengajaran dapat dengan pendekatan atau metode apapun. Misalnya, yang paling efektif aplikasi Precision Mengajar telah bila dikombinasikan dengan model pengajaran langsung [1] sebagai Anak-anak muda sebagai lima mereka telah charted kelancaran pengukuran dan presisi mengajar dimanfaatkan untuk meningkatkan pembelajaran. Menurut Owen Putih [2], Precision Mengajar "telah berhasil digunakan untuk mengajar perkembangan peserta didik mulai dari SD sampai Universitas, dari yang sangat muda untuk yang sangat tua." . dalam menyesuaikan kuriikulum atau kecepatan pengajaran guru haruslah membuat penilaian (yang elah dibuat oleh Ogden Lindsley ) :
• Standar Celeration Chart :Ogden Lindsley menciptakan standar celeration bagan karena sejumlah besar perbedaan antara cara setiap guru adalah charting's perilaku mereka belajar di University of Kansas Anak Rehabilitasi unit. Lindsley bahwa diperlukan waktu 20 sampai 30 menit untuk berbagi satu proyek karena masing-masing grafik harus jelas dan dijelaskan. Dengan demikian, standar celeration grafik yang telah dikembangkan di x-axis adalah untuk mengakomodasi menambahkan skala penuh sekolah semester (140 hari). Y-axis yang telah di kalikan menampung skala frekuensi mulai dari 1 per hari ke 1.000 per menit. Terbesar adalah manfaat yang baru dengan grafik, siswa yang berbeda charted oleh guru yang berbeda akan tetap memiliki foto kemajuan yang dapat dibandingkan dan dievaluasi.
• Standar Celeration grafik: Kefasihan untuk mengukur, presisi mengajar pengajaran semi-logaritma grafik disebut Standar Celeration Chart. Grafik memungkinkan untuk demonstrasi perubahan di tingkat akuisisi dan memungkinkan guru untuk menilai kinerja murid Percepatan walaupun hanya beberapa waktu. Dengan memanfaatkan grafik ini, guru dapat dengan cepat menyesuaikan kurikulum untuk memaksimalkan murid-muridnya dalam belajar. Grafik dikembangkan oleh Lindsley di tahun 1950
4. Direct instruction ( Pembelajaran langsung )
Pengajaran langsung merupakan hasil adopsi dari model yang dikembangkan sregtried Engelmann. Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang sercara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan procedural serta pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajarn ini adalah adanya pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Untuk melakukan prosedur tersebut diperlukan tiga analisis (Engelmann dan carnine):
1. Analisis behavioristik : pada analisis ini lingkungan belajar sangat mempengaruhi proses belajar
2. Analisis komunikasi : guru dituntut untuk mencari rancangan yang effektif dalam penyampaian materi
3. Analisis pengetahuan : guru mempertimbangkan antara konsep dan keahlian yang dapat diurutkan dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Menurut englemann materi yang diberikan oleh guru haruslah terfokus pada :
1. Pempresentasian dan pengkomunikasian suatu pelajaran kepada peserta didik
2. Adanya syarat untuk kelulusan keahlian dan kemampuan dengan cara target tugas
3. Pemecahan masalah yang dihadapi siswa pada analisis tugas
4. Bagaimana sisiwa belajar pada point dan strategi untuk sukses
5. Pencapaian
6. Beljara bagaimana mengkonstruk desain tugas yang baik
2. Distance education and tutoring system
Menigkatnya banyak sekolah yang menerapkan distance education yang menitik beratkan pada progam pembelajaran yang berbasis komputer.dalam distance and tutorial system guru mempunai tugas memotivasi siswa. Mengingat factor lingkungan dan guru mempengaruhi hasil belajar maka dlam distance education dibuatlah yang namanya tutorial
3. Computer as tutors
Model tutorial sudah dikembangkan oleh sacrotes. Menurut bennet keuntungan penggunaan computer sebagai tutor adalah self-pacing, dapat membantu kapan saja ketika pengajaran, relative tetap dalam pengevaluasian dan ulangan terhadap siswa, disamping itu dengan penggunaan komputer sebagai tutor dapat mengurangi prasangka terhadap siswa.
Half mengidentifikasi 3 peranan computer sebagai tutor :
1. Pengkontrol dari kurikulum dengan penyeleksian dan mengurutkan dari bahan yang akan diajarkan.
2. Pengrespon dari pertanyaan tentang subjek
3. Menentukan jika pengajara membutuhkan pertolongan ka ingin mengembangkan skill
Menurut Cohen, Kulik, dan Kulik (1982) jika siswa telah menerima tutor biasanya akan dapat merubah tingkah lakuh dari siswa tersebut menjadi lebih positif (baik )







\
















BAB II
PENUTUP

• Kesimpulan :
o Aliran behaviorisme menekankan pada perubahan perilaku yang tampak sebagai indikator terjadinya proses belajar
o Teori Behavioristik:
 Mementingkan faktor lingkungan
 Menekankan pada faktor bagian
 Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
 Sifatnya mekanis
 Mementingkan masa lalu
o Tiga asumsi utama yang secara langsung relevan untuk pelajaran teknologi (Burton, Moore, Magliaro, 1996):
 Peran pelajar ( The Role Of Learner )
 Sifat belajar (The Nature of Learning )
 Pada prinsip-prinsip umum belajar (The Generality of Learning Principles )
o Konsep Dan Prinsip DasarRespondent Learning
 Operant Conditioning
 Respondent Learning
 . Observational Learning
o Model Pembelajaran Saat ini dan Lahirnya Berbagai Model Tersebut
 Personalized system of instruction ( pembelajaran individu )
 Bloom’s learning for mastery ( Strategi Belajar Tuntas )
 Precision teaching (precision mengajar )
 istance education and tutoring systemComputer as tutors
o Saran
untuk para guru diusahakan menggunakan model – model pembelajaran yang bervariasi yang disesuaikan dengan materi (sub bab ) sehingga diharapkan dapat mencapai ndikator yang telah ditentukan sebelumnya

o










DAFTAR PUSTAKA
Nursalim,Mochamad, 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: unesa universty press
Behaviorism and instructional Technology,2005. behaviorism and instructional technology
Nursidik,yahya,2008.Teori Behaviorisme.artikel: attachme

No comments:

Post a Comment